Solo – Rencana pemkot Solo supaya tiap desa di daerah Tawang Sari dan
sekitarnya tentang program pembuatan jamban atau septitank massal atau raksasa
menjadi satu tampaknya masih membuat hal yang tidak baik dan kerugian bagi
lingkungan sekitarnya. Kurangnya perhatian dan mengesampingkan pemeriksaan
amdal sebelum pembuatan septitank massal ditengah lingkungan sekitar membuat pencemaran
lingkungan secara tidak langsung. Hal ini terjadi tepatnya di daerah Tawang
Sari Surakarta, tepat dibelakang kampus baru Akademi kebidanan Mamba’ul Ulum
Surakarta dan Akademi Keperawatan Mambau’ul Ulum Surakarta yang beralamatkan di
jalan Ring Road, Tawang Sari, Mojosongo, Jebres, Surakarta pas dibelakang pagar kampus dengan jarak 5 cm
dari pagar kampus dibuat septitank jamban massal raksasa bagi warga Tawang Sari
sekitar, seluruh WC dari semua desa di Tawang Sari dijadikan satu tempat
pembuangannya tepatnya dibelakang kampus Akademi Kebidanan Mambaul Ulum
Surakarta. Hal ini sangat mengganggu sekali lingkungan sekitar, terlebih lagi
dengan mengesampingkan pemeriksaan amdal sebelum pembuatan septitank massal
tersebut. Ketika ditinjau langsung oleh redaksi Pandawa Lima Solo pengerjaan
septitank tersebut sudah pada tahap finishing dari pengerukan dengan alat berat
sampai penutupan. Yang paling ironis lagi lebarnya berukuran sangat besar dan
kedalaman mencapai 5 meter, sewaktu ditinjau langsung ternyata pada bangunan
septitank tersebut hanya disemen menggunakan batu bata tanpa di cor dengan alat
berat.
Dampak yang mungkin terjadi dengan pembangunan septitank dibelakang kampus
kesehatan akan berdampak banyak sekali yaitu salah satunya selain jumlah pemasukan
mahasiswa yang berkurang juga akan mencemari lingkungan dan kesehatan selain
faktor bakteri Escheria Colli yang berbahaya bagi tubuh manusia karena jarak antara
septitank massal raksasa tersebut sangat dekat dengan sumur tempat Akbid dan
Akper Mamba’ul Ulum Surakarta berdiri dan jaraknya tidak sampai 5 meter. Selain
itu pada pipa air pada kampus masih sebagian menggunakan air PAM dan air dari
sumur selain digunakan untuk mencuci, berwudlu dll juga digunakan untuk
kebersihan kampus. Pihak kampus dan pihak warga untuk saat ini masih belum ada
komunikasi selanjutnya dengan pembuatan septitank raksasa yang menuai
kontroversial tersebut, dampak kerugian yang sangat dirasakan adalah dari pihak
kampus karena secara langsung gas buangan, bakteri escherica colli sangat
berdekatan sekali dengan kampus serta besarnya pembuangan gas pada septitank
juga sangat besar sehingga secara langsung akan berdampak pada aroma
sekitarnya. Tukang yang mengerjakan pembuatan septitank tersebut ketika
dimintai keterangan oleh redaksi Pandawa Lima masih belum mau dimintai
keterangan yang jelas karena pembuatan tersebut menurut keterangan sudah
melalui prodesur yang jelas, imbuh Tukang yang tidak mau disebut namanya
tersebut.
0 comments:
Posting Komentar